Metode Pengobatan Ala Rasulullah SAW

thibbun-nabawy

Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Allah SWT telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhai islam sebagai agama yang mereka peluk.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 40 dan Q.S. Al-Maidah ayat 4 yang artinya,

“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. Al Ahzab: 40)

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)

Rasulullah SAW merupakan sosok yang menjadi suri teladan bagi kehidupan umat manusia, termasuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Allah SWT berfirman, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Q. S. Al-Ahzab:21)

Dalam zaman yang semakin canggih ini, ilmu pengobatan kian maju. Tetapi, masih dijumpai orang yang menderita sakit, bahkan jumlah penyakit semakin banyak. Inilah ketentuan Allah yang berlaku dan tidak ada yang dapat mengubahnya.

Pengobatan islami adalah metode pengobatan dan penyehatan dengan mengoptimalkan segala petunjuk Rasulullah SAW, baik yang berhubungan langsung dengan kesehatan maupun tidak. Ilmu pengobatan/kedokteran ala Nabi Muhammad SAW disebut Thibbun Nabawi. Thibbun Nabawi adalah tindakan dan perkataan Nabi SAW mengenai penyakit, pengobatan, dan kebersihan. Istilah Thibbun Nabawi muncul sekitar abad ke-13 oleh para dokter muslim. Untuk menunjukan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan Allah SWT, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurafat.

Setiap penyakit itu ada obatnya, seperti hadits Rasulullah SAW yang artinya:

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.” (H.R. Bukhari no. 5678 dan Muslim, dari Abu Hurairah)

“Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah SWT.” (H.R. Muslin no. 5705)

Konsep Pengobatan

  1. Mengobati pal-quran-4enyakit dengan Al-Qur’an

Menurut Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya at-Thibun Nabawy bahwa penyakit itu digolongkan menjadi dua jenis: penyakit bathin dan penyakit fisik. Penyakit bathin adalah penyakit yang berkaitan dengan penyakit jauhnya seseorang dari Al-Qur’an. Pengobatan penyakit ini adalah dengan Al-Qur’an (ibadah, do’a, ruqyah, syar’iyah). Penyakit fisik obatnya dengan obat-obatan yang sesuai dengan Al-Qur’an.

  1. Mengobati dengan madu

Allah SWT berfirman, “….,Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam maduwarnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia….” (Q.S. An-Nahl:69)

Rasulullah SAW menyukai madu sebagai makanan atau penyembuh penyakit.

  1. Pengobatan dengan bekam

Bekam disebut juga gambar bekamhijamah. Bekam berarti mengeluarkan darah kotor dari tubuh dengan cara menyedot pada sayatan ringan di kulit tubuh.

  1. Menggunakan minyak zaitunzaitun

Dalam hadits disebutkan, “Konsumsilah minyak zaitun dan gunakan sebagai minyak rambut, karena minyak zaitun dibuat dari pohon yang penuh berkah.” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Prinsip-prinsip Pengobatan

  1. Meyakini bahwa Allah SWT yang Maha Menyembuhkan segala penyakit

Allah SWT berfirman, “dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 80)

  1. Menggunakan obat yang halal dan baik

Allah SWT berfirman, “dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Q.S. Al-Ma’idah:88)

  1. Tidak menimbulkan mudharat
  2. Pengobatan tidak bersifat tahayul, bid’ah, dan khurafat
  3. Selalu ikhtiar dan tawakal

Kaidah Pengobatan

Menurut Ibnu Qayyim, kaidah pengobatan ada tiga jenis:

  1. Menjaga kesehatan

behealthy Allah SAW berfirman, “Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Q. S. Al-Baqarah: 184)

Allah SWT membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.

  1. Pengurangan

Allah SWT berfirman, “Jika ada diantara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban.” (Q. S. Al-Baqarah: 196)

Allah SWT membolehkan orang sakit atau orang yang dikepalanya ada luka, baik disebabkan oleh kutu maupun gatal-gatal untuk mencukur rambutnya ketika ihram.

  1. Preventif (Pencegahan)

Allah SWT berfirman, “Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedkeluarga-kartun1angkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debiu yang baik (suci), usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.” (Q. S. An-Nisa: 43)

Allah SWT membolehkan orang sakit menggunakan debu sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badan tidak kena sesuatu yang dapat menyebabkan sakit.

Referensi

Assegaf, Muhammad Ali Toha. 2009. 365 Tips Sehat Ala Rasulullah. Jakarta: Mizan Publika

Muhadi dan Muadzin. 2009. Semua Penyakit Ada Obatnya. Mutiara media

http://www.masuk-islam.com/pembahasan-tentang-thibbun-nabawi-definisi-dasar-hukum-dan-macam-macamnya.html diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 15.45 wib

http://muslim.or.id/aqidah/agama-islam.html diakses pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 14.15 wib